Jumat, 25 Februari 2011

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit.
Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.


Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok, gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno, kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejek nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. 
Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.


Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.


Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar
dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.


Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi .


Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?


Sumber : Anonymous

Sabtu, 19 Februari 2011

TERUSKAN KEBAIKAN YANG KAMU TERIMA HARI INI

Mungkin aku tidak termasuk dari kumpulan orang-orang yang mengistimewakan VALENTINE DAY, karena hari-hari yang kujalani ku usahakan untuk selalu berbagi kasih sayang dan kebahagiaan dengan orang lain.

Cerita ini sebenarnya sudah terjadi 5 tahun yang lalu, ditahun-tahun awal pernikahanku. Aku bersama istri terkasihku dan tiga keponakanku yang lucu-lucu dalam perjalanan ke tempat wisata TELAGA SARANGAN, suatu lokasi wisata di dekat kota Ponorogo dengan telaga sebagai sentralnya yang dikelilingi perbukitan yang indah. Dengan mobil sewaan aku mengambil rute jalan yang paling cepat jarak tempuhnya yaitu dari arah Grojogan Sewu,Karanganyar, tetapi dengan resiko jalan yang kulalui naik turun dan berkelok-kelok tajam.

Perjalanan terhitung lancar walau mobil yang kami sewa memang sudah berumur tua sehingga ngos-ngosan sewaktu ditanjakan, begitupun di lokasi wisata semua bisa merasakan atmosfir kesejukan dan keindahan alam Telaga Sarangan. Berjalan menyusuri sepanjang tepian telaga, mengelilingi telaga dengan perahu bebek, ataupun menikmati soto khas sarangan dan segarnya degan ijo yang disajikan utuh sama tempurungnya.

Hingga waktu menjelang petang, dan kamipun bergegas pulang dengan menggenggam kenangan manis di Telaga Sarangan. Kami sudah hampir tiba di desa Telogodrimo ketika tiba-tiba mesin mobil yang kami kendarai mati.Dengan bekal ilmu yang pas-pasan aku berusaha memperbaiki, hingga jalanan mulai gelap usahaku belum menemui hasil. HP yang kami bawapun tidak bisa membantunya karena tidak ada sinyal. Istriku yang berusaha mencegat setiap mobil yang lewat juga tidak berhasil, memang ada satu-dua mobil ataupun motor yang lewat tapi semua seakan tidak peduli.

Jarak ke desa Telogodrimo tinggal lima kilometeran tapi dalam kondisi yang gelap dan jalan yang menanjak tajam, sangat mustahil kalau istri dan ketiga keponakanku harus berjalan kesana, kalau aku yang kesana sementara mereka kutinggal disini juga sangat berbahaya apalagi didaerah sini masih ada Harimau liar, yang sering berkeliaran dimalam hari, untung hal yang satu ini istriku tidak tahu, tapi para pendaki gunung Lawu pasti sudah tahu.

Akhirnya aku hanya termenung didalam mobil,tak tega rasanya melihat istriku yang berusaha tenang walau raut mukanya menyiratkan kepanikan serta keponakan-keponakanku yang terlihat bingung dengan apa yang terjadi. Hawa dingin mulai menusuk, kegelapan seakan membutakan mata dan hatiku.....semua diam.......hanya suara detak jam kami yang seakan saling beradu cepat.

Tiba-tiba dari arah depan ada sorot lampu mobil yang tajam mendekati mobilku,seorang lelaki yang setengah terbungkuk menghampiri mobilku. Dia menyapa dengan sopan dan menanyakan masalah pada mobilku. Belum sempat aku meminta tolong, ia bergegas kembali kemobilnya dan mengambil seperangkat 
alat dan segera membongkar mobilku. aku hanya terdiam dibelakangnya sambil memegangi senter sebagai penerangan. Setengah jam kemudian bapak yang ternyata memakai kaki palsu ini menyuruhku menghidupkan mesin, dan Alhamdulillah........dia berhasil menghidupkan mesin mobilku, dia berhasil menyelamatkan aku dan keluargaku dari malapetaka dan marabahaya yang mungkin akan ku alami andai saja "sang malaikat" ini tidak diutus olehNya kesini.

Dalam kegembiraanku aku baru tersadar kalau aku belum mengucapkan terimakasih, aku segera menghampiri penolongku itu yang sedang bercanda dengan keponakan-keponakanku sehingga mereka tertawa-tawa. Aku sudah mau meyelipkan lembaran uang kesakunya sebagai ganti jasanya dan sebagai wujud rasa terimakasihku, tapi sungguh diluar dugaan.......ternyata "sang malaikat" menolak mentah-mentah pemberianku dengan sambil tersenyum ramah. Dengan berbagai cara aku tidak berhasil meyakinkannya untuk menerima pemberianku sebagai balas budinya.

Akhirnya lelaki tua ini menuntunku kesamping mobil dan membisikkan ke telingaku 
Mungkin aku tidak termasuk dari kumpulan orang-orang yang mengistimewakan VALENTINE DAY, karena hari-hari yang kujalani ku usahakan untuk selalu berbagi kasih sayang dan kebahagiaan dengan orang lain.

Cerita ini sebenarnya sudah terjadi 5 tahun yang lalu, ditahun-tahun awal pernikahanku. Aku bersama istri terkasihku dan tiga keponakanku yang lucu-lucu dalam perjalanan ke tempat wisata TELAGA SARANGAN, suatu lokasi wisata di dekat kota Ponorogo dengan telaga sebagai sentralnya yang dikelilingi perbukitan yang indah. Dengan mobil sewaan aku mengambil rute jalan yang paling cepat jarak tempuhnya yaitu dari arah Grojogan Sewu,Karanganyar, tetapi dengan resiko jalan yang kulalui naik turun dan berkelok-kelok tajam.

Perjalanan terhitung lancar walau mobil yang kami sewa memang sudah berumur tua sehingga ngos-ngosan sewaktu ditanjakan, begitupun di lokasi wisata semua bisa merasakan atmosfir kesejukan dan keindahan alam Telaga Sarangan. Berjalan menyusuri sepanjang tepian telaga, mengelilingi telaga dengan perahu bebek, ataupun menikmati soto khas sarangan dan segarnya degan ijo yang disajikan utuh sama tempurungnya.

Hingga waktu menjelang petang, dan kamipun bergegas pulang dengan menggenggam kenangan manis di Telaga Sarangan. Kami sudah hampir tiba di desa Telogodrimo ketika tiba-tiba mesin mobil yang kami kendarai mati.Dengan bekal ilmu yang pas-pasan aku berusaha memperbaiki, hingga jalanan mulai gelap usahaku belum menemui hasil. HP yang kami bawapun tidak bisa membantunya karena tidak ada sinyal. Istriku yang berusaha mencegat setiap mobil yang lewat juga tidak berhasil, memang ada satu-dua mobil ataupun motor yang lewat tapi semua seakan tidak peduli.

Jarak ke desa Telogodrimo tinggal lima kilometeran tapi dalam kondisi yang gelap dan jalan yang menanjak tajam, sangat mustahil kalau istri dan ketiga keponakanku harus berjalan kesana, kalau aku yang kesana sementara mereka kutinggal disini juga sangat berbahaya apalagi didaerah sini masih ada Harimau liar, yang sering berkeliaran dimalam hari, untung hal yang satu ini istriku tidak tahu, tapi para pendaki gunung Lawu pasti sudah tahu.

Akhirnya aku hanya termenung didalam mobil,tak tega rasanya melihat istriku yang berusaha tenang walau raut mukanya menyiratkan kepanikan serta keponakan-keponakanku yang terlihat bingung dengan apa yang terjadi. Hawa dingin mulai menusuk, kegelapan seakan membutakan mata dan hatiku.....semua diam.......hanya suara detak jam kami yang seakan saling beradu cepat.

Tiba-tiba dari arah depan ada sorot lampu mobil yang tajam mendekati mobilku,seorang lelaki yang setengah terbungkuk menghampiri mobilku. Dia menyapa dengan sopan dan menanyakan masalah pada mobilku. Belum sempat aku meminta tolong, ia bergegas kembali kemobilnya dan mengambil seperangkat 
alat dan segera membongkar mobilku. aku hanya terdiam dibelakangnya sambil memegangi senter sebagai penerangan. Setengah jam kemudian bapak yang ternyata memakai kaki palsu ini menyuruhku menghidupkan mesin, dan Alhamdulillah........dia berhasil menghidupkan mesin mobilku, dia berhasil menyelamatkan aku dan keluargaku dari malapetaka dan marabahaya yang mungkin akan ku alami andai saja "sang malaikat" ini tidak diutus olehNya kesini.

Dalam kegembiraanku aku baru tersadar kalau aku belum mengucapkan terimakasih, aku segera menghampiri penolongku itu yang sedang bercanda dengan keponakan-keponakanku sehingga mereka tertawa-tawa. Aku sudah mau meyelipkan lembaran uang kesakunya sebagai ganti jasanya dan sebagai wujud rasa terimakasihku, tapi sungguh diluar dugaan.......ternyata "sang malaikat" menolak mentah-mentah pemberianku dengan sambil tersenyum ramah. Dengan berbagai cara aku tidak berhasil meyakinkannya untuk menerima pemberianku sebagai balas budinya.

Akhirnya lelaki tua ini menuntunku kesamping mobil dan membisikkan ke telingaku "TERUSKAN KEBAIKAN YANG KAMU TERIMA HARI INI UNTUK ORANG LAIN DIKEMUDIAN HARI YANG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN DARIMU"



Semarang, 14 Februari 2011 

TERBANGLAH TINGGI MERPATIKU

Siang tidak akan singgah lama, segera akan berlalu bersama datangnya senja. Mentari tidak sanggup bertahan untuk terus menerangi bumi, segera akan keperaduannya di penghujung hari. Malam kan menjelang walau sekuat kita menahannya, kegelapan akan datang walau sekuat kita menolaknya
Hanya satu harapan yang tersisa, bahwa esok kan menjelang.........................

Adalah sesosok anak merpati yang terpisah dari induknya, jauh dari kelompoknya, yang berusaha belajar mengepakkan sayapnya.Sekian luka tak dihiraukannya sejuta derita tak menggetarkannya terus...terus ...dan terus berusaha menerbangkan sosok mungil badannya.Begitu tegarnya ia diantara liar alam sekitarnya, diantara serigala-serigala lapar yang mengintainya, siap memangsanya.

Kepak-kepak sayapnya mulai menampakkan hasilnya, bersama hembusan angin pagi yang menyapanya terasa ringan badanya terangkat ke udara, kaki-kaki mungilnya mulai terlepas dari cengkeraman celah-celah bukit yang lama mengurungnya.Sinar pagi bagai kilauan emas permata kala menyatu dengan awan-awan yang bergelayutan di angkasa,semakin elok kala menembus embun-embun dipucuk-pucuk dedaunan belantara.

Anak merpati sudah semakin tinggi mengepakkan sayapnya, bersiul-siul menyuarakan nyanyian hatinya.Bulu-bulunya yang indah semakin merekah ditempa sinar matahari yang ramah. Membubung tinggi meninggalkan masa lalunya, dengan bekal dan keyakinannya tak gentar mengarungi samudra....

Merpati kecilku terbanglah terus terbanglah tinggi gapailah asamu.........
Disana dipulau harapan akan kau temukan kebahagiaan........
Gapailah anganmu dekaplah semua mimpi-mimpimu.........

Jumat, 18 Februari 2011

THE SECRET OF SUCCESS

Pertama. Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Karena ibu adalah orang yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan). 

Banyak orang sekarang yang salah. Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik. 

Pesan Nabi : Ibumu, ibumu, ibumu... baru kemudian ayahmu dan gurumu. 
Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa ibumu jauh lebih mustajabah." Beliau mengambil napas sejenak. 


"Kemudian yang kedua, Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 

Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi. Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak, kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan, dan lain-lain. 

Jangan sepelekan bila ada pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pemberian yang baik dan sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, 'Belum pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.' Maka terucap atau tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan kebahagiaan. 

Banyak orang yang keliru dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya. Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri. 

Dalam kesempatan lain, ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa berterima kasihnya 

Yang ketiga, perbanyaklah menolong sesama manusia,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

"Allah berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka," begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia ketiganya. "Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada jalannya." 

"Benar di Al Quran ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga", saya menimpali (QS Ath Thalaq 2-3). 

"Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga? 

"Banyaklah menolong orang.. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!" jawaban beliau ini membuat saya berpikir keras. "Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula." 


walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah." 

"Walau itu orang yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau pura-pura belum makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya dia makan sendiri

"Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu, "Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu. Dia itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya itulah yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan pemberian Anda

Yang ke-empat, Jangan mempermainkan wanita,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

"Maksudnya begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup Anda, baik di saat susah maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut besama Anda di kala Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil." 

"Banyak orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria, bagi yang perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu mendampingi Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda. Namun ketika Anda mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya." 

"Banyak orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Merasa "keadilan" yang dikatakan Al Qur'an hanya berupa keadilan material. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal seperti ini. Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya

MENELADANI SIFAT KESEDERHANAAN KELUARGA FATIMAH & SAYIDINA ALI

Walaupun Ali adalah putra bungsu Abu Thalib Kepala Bani Hasyim dan salah seorang syekh terkemuka di Makah dengan gemilang harta, tapi semenjak hijrahnya ke Madinah Ali hanyalah seorang buruh pengangkut air dengan ember kulit untuk ditukar dengan kurma.

Tapi Ali cukup percaya diri untuk memenuhi salah satu gairah besar dalam hidupnya yaitu cintanya pada Fatimah putri bungsu Rasulullah dari Khadijah. Fatimah yang sudah dikenal sejak kecil oleh Ali memang beda dengan kakak2 perempunya, Fatimah lebih total dengan ajaran2 agama Islam dan membantu perjuangan beliau sebaliknya dalam urusan keduniawian Fatimah lebih menyapih diri dari harta-harta dunia untuk menaruh perhatian penuh pada akhirat. Dalam hal ini Nabi menyerahkan kepada Fatimah untuk memutuskan, mengingat Abu bakar dan Umar juga pernah menginginkan Fatimah tetapi permintaan tersebut ditolak.

Ali masih belum punya uang untuk dijadikan mahar,belum punya hadiah2 perhiasan yang sudah menjadi kelaziman bagi mempelai wanita atau sekedar biaya perkawinan. Beruntung, Utsman yang seorang pedagang datang membantu dengan menghargai baju besi hasil rampasan dari perang Badar dengan harga yang tinggi, Utsman bersikeras membelinya seharga 500 dirham, Cukup untuk mahar dan biaya pernikahan yang sangat sederhana.Perkawinan diselenggarakan oleh Nabi sendiri, Pada saat itu beliau memberikan kado yang paling berharga, do'a dan dzikir.

Pada tahun2 awal pernikahan, mereka hanya sedikit memiliki bekal. Ali tetap bekerja sebagai buruh dan Fatimah menggiling gandum dengan gilingan batu untuk dijual kepada tetangga lain. Fatimah yang masa kecilnya di Makah pasti penuh dengan kenyamanan sebagai keluarga Quraisy yang kaya, kini tidur dengan pundak yang memar dan tangannya bengkak karena kerja keras seharian menopang penghasilan suami. bahkan selimutpun tidak cukup untuk menutupi seluruh tubuh mereka berdua. Walaupun begitu kemesraan tetap terjaga, limpahan kasih sayang tidak pernah memudar dari diri Ali sebagai seorang suamu maupun Fatimah sebagai istri, setiap pagi ketika hendak beranjak meninggalkan rumah untuk bekerja tak lupa Ali mencium kening Fatimah dengan penuh kasih sayang begitu pula Fatimah membalasnya dengan mencium tangan Ali sebagai penghormatan.

Beberapa tahun kemudian Setelah memenangkan pengepungan atas benteng Bani Qainuqa maupun penghacuran Bani Quraidhah baru kehidupan keluarga Ali mulai mebaik dengan memiliki kebun-kebun dan pohon-pohon kurma sendiri dan Fatimah memperoleh seorang gadis pelayan untuk membantu pekerjaanya mengasuh Hasan yang sudah berumur 2 tahun dan Husain yang baru berumur satu tahun.